TEORI- TEORI DALAM KAP
PRESENTED BY:
Silvania S.E
Mandaru,S.Sos, M.Comn
Dalam ilmu komunikasi setidaknya bisa
ditemukan 2pendekatan teoritik. Pertama , teori objektif dan kedua teori interpretif.
1. APREHENSI KOMUNIKASI
Sebelum membahas teori ini, kita menjelajahi dulu makna aprehensi
komunikasi. Ada yang menyatakan bahwa aprehensi komunikasi merupakan kondisi kognitif seseorang yang mengetahui bahwa
dirinya saat berkomunikasi dengan orang lain karena kekhawatiran dan
ketakutannya, tak memiliki pikiran apapun dalam benaknya dan juga tidak
memahami sebab akibat social sehingga menjadi orang yang “mati rasa”.
Ada juga yang menyebutkan
bahwa aprehensi komunikasi itu terjadi manakala individu memandang pengalaman
komunikasinya itu tidak menyenangkan dan merasa takut berkomunikasi.
Lebih umum dipakai dalam
kom.kelompok.
McCroskey merupakan salah satu ilmuwan komunikasi yang banyak meneliti fenomena aprehensi komunikasi dalam komunikasi antarpribadi.
McCroskey merupakan salah satu ilmuwan komunikasi yang banyak meneliti fenomena aprehensi komunikasi dalam komunikasi antarpribadi.
APREHENSI KOMUNIKASI
McCroskey
menyatakan bahwa aprehensi komunikasi itu muncul pada manusia
karena pengaruh suasana komunikasi di rumahnya. Dinyatakan bahwa faktor-faktor
lingkungan rumah, seperti jumlah percakapan dengan anggota keluarga dan gaya
interaksi anak-orang tua akan mempengaruhi perilaku komunikasi anak. Ini
menunjukan bahwa lingkungan keluarga menjadi penentu penting ada tidaknya
"
Penyebab aprehensi
komunikasi dikelompokkan menjadi 3 (tiga) kategori :
1. Aktivitas
berlebihan. Hal ini menunjukan bahwa secara psikologis kita terlalu aktif
sebelum kegiatannya sendiri dilakukan.
.
Cth: Saat kegiatan di
luar kota, kita sibuk berbelanja& jalan-jalan sebelum kegiatan hari H.
Alhasil pada hari H kita sudah terlalu kecapaian dan tidak fokus
2. Pemprosesan kognitif
yang tidak tepat. Hal ini untuk menunjukan rasa tidak nyaman dalam menghadapi
kegiatan komunikasi. Oleh karena itu, penyebab aprehensi komunikasi ini
dipandang terkait dengan bagaimana kita berpikir tentang komunikasi dan
bagaimana proses komunikasi itu dipandang menakutkan.
Cth : Kita akan bertemu dengan seorang dosen untuk
meminta ujian susulan karena pada saat ujian kita sakit. Kita terlebih dahulu
memikirkan situasi menyeramkan yang akan berlangsung dalam komunikasi tersebut.
3. Keterampilan
komunikasi yang tak memadai. Ini untuk menunjukan bahwa kita tak tahu
bagaimana berkomunikasi secara efektif. Jika kita merasa tidak terampil
berkomunikasi maka dengan sendirinya kita pun akan memandang kegiatan
komunikasi merupakan kegiatan yang menegangkan.
B. SELF-DISCLOSURE
Dalam self-disclosure orang membuka diri dan menyatakan informasi
tentang dirinya pada lawan komunikasinya. Bahkan informasi yang di ungkapkan
pun bukan informasi yang biasa-biasa saja melainkan informasi yang mendalam
tentang dirinya.
3. TEORI PENETRASI SOSIAL
Teori ini pada intinya menyatakan bahwa kedekatanantarpribadi itu berlangsung secara bertahap (gradual) dan
berurutan yang di mulai dari tahap
biasa-biasa saja hingga tahap
intim sebagai salah satu fungsi dari dampak saat ini maupun dampak masa depannya.
Altman dan Taylor (1973)
mengemukakan suatu model perkembangan hubungan yang disebut social penetration
atau penetrasi social, yaitu suatu proses di mana orang saling mengenal satu
dengan lainnya. Model ini selain melibatkan self-disclosure juga menjelaskan
bilamana harus melakukan self-disclosure dalam perkembangan hubungan.
Penetrasi merupakan
proses bertahap, dimulai dari komunikasi basa-basi yang tidak akrab dan terus
berlangsung hingga menyangkut topic pembicaraan yang lebih pribadi/akrab,
seiring dengan berkebangnya hubungan. Di sini orang akan membiarkan orang lain
untuk lebih mengenal dirinya secara bertahap. Dalam proses ini biasanya orang
akan menggunakan persepsinya untuk menilai keseimbangan antara upaya dan
ganjaran (costs and rewards) yang diterimanya atas pertukaran yang terus
berlangsung untuk memperkirakan proses hubungan mereka. Jika perkiraan tersebut
menjanjikan kesenangan/keuntungan, maka mereka secara bertahap akan bergerak
menuju tingkat hubungan yang lebih akrab.
Oleh karena itulah, dalam
teori ini dinyatakan bahwa relasi akan menjadi semakin intim
apabila disclosure berlangsung artinya, orang-orang yang
menjalin komunikasi antarpribadi masing-masing melakukan, self-disclosure. Proses self-disclosure itu berlangsung seperti kita
mengupas sesiung bawang. Makin dalam kita buka maka kita akan makin membawa
kita memasuki bagian terdalam dari bawang tersebut.
Pada awalnya kita dalam self-disclosure itu hanya membicarakan hal-hal yang
umum yang merupakan bagian luar, seperi soal warna faviorit , music favorit
atau makanan yang paling nikmat. Lalu. Masuk lebih dalam lagi dengan
membicarakan soal-soal politik. Pada tahap ketiga, kita mulai membicarakan
keyakinan dan sikap beragama kita. Lalu, tahap-tahap berikutnya kita mulai
membahas kekhawatiran dan fantasi-fantasi terdalam kita. Akhirnya, pada
puncaknya kita menyatakan konsep diri kita.
4. TEORI PENGURANGAN KETIDAK PASTIAN
Mengapa kita menggali
pengetahuan tentang rekan kita ? Teori ini menjelaskan, hal tersebut
dilakukan manusia guna mengurangi ketidakpastian atau meningkatkan
prediktabilitas perilaku masing-masing dalam interaksi yang akan mereka
kembangkan, misalnya rekan sebangku kita menyebut ayahnya adalah anggota TNI,
tentunya dalam benak kita ada bayangan begimana perilaku seorang anak perwira
TNI. Bayangan itu akan berbeda apabila rekan sebangku kita menyebut
pekerjaan ayahnya adalah pedagang sayur-mayur di pasar atau seorang
guru besar di satu perguruan tinggi ternama.
Menggali pengetahuan
berupa memahami itulah yang merupakan perhatian utama kita saat bertemu dengan
seseorang yang belum kita kenal. Jika kita berdiam diri dalam
ketidaktahuan, tidaklah akan membuat kita merasa tenang. Jika kita mengetahui
siapa orang yang kita ajak berbincang-bincang, tentunya akan lebih membuat diri
kita merasa tenang dan nyaman apabila dibandingkan dengan berbincang dengan
orang yang tidak kita kenal. Oleh karena itu, kita akan berusaha mengetahui dan
memahami siapa orang tersebut.
E.
TEORI DIALEKTIKA RELASIONAL
Agar bisa lebih memahami
dialektika ini, kita kembali lagi bahwa relasi antar pribadi itu tidak
statis atau menurut Teori Dialektika Relasional, bersifat cair. Orang-orang
yang menjalin relasi dan berkomunikasi antarpribadi pada batinya mengalami apa
yang dinamakan tarikan konflik. Tarikan konflik itulah yang menyebabkan relasi
menjadi selalu berada dalam kondisi cair, yang dikenal sebagai ketegangan
dialektis. Kita terayun-ayun di antara dua kutub relasi. Antara harmonis dan
konflik atau antara akrab dan bermusuhan.
F.
TEORI PENILAIAN SOSIAL
Dalam melakukan penilaian
terhadap pesan yang diterima, orang bisa melakukan dua hal, pertama
mengkontraskan dan kedua mengasimilasikan. Kontras merupakan distorsi
perseptual yang membawa pada polarisasi ide.mengontraskan antara pandangan kopi
itu bermanfaat bagi kesehatan dan kopi itu merugikan kesehatan. Sedangkan
asimilasi menunjukan kekeliruan penilaian yang bertentangan.
Mirip dengan pantulan
bola pingpong di meja pingpong. Ide yang dilontarkan sejalan dengan
pandangan-pandangan atau sikap dasar penerimaan, dipantulkan dan diterima
pembicaraan yang memiliki kesamaan dengan penerima. Ini terjadi apabila pesan
yang disampaikan diterima dalam sikap pendengarnya pada wilayah penerimaan.
Ada tiga hal yang
dikemukaakan “Teori Penilaian Sosial” yang sudah di uji melalui eksperimen yang
bisa di pergunakan untuk mengkaji pengaruh komuniaksi antarpribadi.
Ketiga hal tersebut adalah sebagai berikut :
Pembicara yang
memiliki kredibilitas tinggi akan mampu menyampaikan pesan yang masuk ke dalam
wilayah penerimaan pendengarnya. Misal penjelasan tentang bahaya rokok yang
disampaikan seorang awam akan diterima secara berbeda dengan penjelasan seorang
dokter spesialis jantung oleh pendengarnya.
Ambiguitas seringkali lebih baik dibandingkan dengan kejelasan. Untuk contoh
ini bisa kita ambil dari dunia periklanan. Perhatikan saja betapa banyak iklan
yang menggunakan istilah tidak jelas namun bisa meyakinkan konsumennya.
Ada orang
yang sangat dogmatis dalam setiap permasalahan. Oleh karena itu, wilayah
penolaknya besar, misalnya orang yang begitu yakin apa yang di ajarkan orang
tuanya pasti benar, termasuk cara memijat tube pasta gigi harus selalu dari
ujung bawahnya. Begitu tube plastic di ganti alumunium sehingga di pijat dari
manapun tube pasta gigi itupun tak ada bedanya, orang tadi akan tetap melakukan
sepetri apa yang di ajarkan orang tuanya itu.
7.Teori Disonansi
kognitif
Teori Leon Festinger
mengenai dissonansi kognitif merupakan salah satu teori yang paling penting
dalam sejarah psikologi sosial. Selama bertahun-tahun teori ini menghasilkan
sejumlah riset dan mengisi aliran kritik, interpretasi, dan extrapolasi.
Festinger mengajarkan
bahwa dua elemen kognitif termasuk sikap, persepsi, pengetahuan, dan perilaku.
TAHAP
1. Posisi nol, atau irrelevant,
2. Kedua yaitu konsisten,
atau consonant dan
3. Ketiga yaitu
inkonsisten, atau dissonant. Dissonansi terjadi ketika satu elemen tidak
diharapkan mengikuti yang lain. Jika kita pikir merokok itu berbahaya bagi kes
ehatan, mereka tidak berharap kita merokok. Apa yang konsonan dan dissonan bagi
seseorang tidak bisa berlaku bagi orang lain. Jadi kita harus selalu menanyakan
apa yang konsisten dan yang tidak konsisten dalam sistem psik ologis orang itu
sendiri.
Smoki dissonance
8. Process View.
Agak berbeda dengan teori sebelumnya, Steve Duck (1985) menganggap
bahwa kualitas dan sifat hubungan dapat diperkirakan hanya dengan mengetahui
atribut masing-masing sebagai individu dan kombinasi antara atribut-atribut
tadi. Sebagai contoh, seorang ibu yang langsung menanggapi anaknya yang
menangis akan membentuk hubungan ibu-anak yang berbeda dengan ibu lain yang
menunggu sekian lama sebelum menanggapi anaknya yang menangis. Meskipun
demikian mengetahui atribut masing-masing hanyalah salah satu aspek yang
mempengaruhi hubungan. Untuk mengenali tahap (kualitas hubungan) yang terjadi
kita dapat melihatnya dari bagaimana saling menanggapi.
Lebih jauh Duck
mengungkapkan bahwa hubungan tidak selalu berkembang dalam bentuk linear dan
berjalan mulus, dan bahwa orang tidak selalu aktif mencari informasi mengenai
partnernya, baisanya malahan informasi tersebut didapat secara kebetulan dan
bukan sengaja dicari. Bagi Duck tidak semua hubungan akrab, tidak semua
hubungan berkembang, dan hubungan dapat sekaligus stabil dan memuaskan.
9.Teori Hipotesis
Kecocokan (Matching Hipothesis)
Walster dan Berscheid
menjelaskan bahwa kita berkawan dan berkencan dengan mereka yang setara dengan
kita dalam ha daya tarik fisik. Walaupun kita mungkin tertarik kepada
orang-orang yang secara fisik paling menarik, kita berkencan dan berkawan
dengan orang-orang yang mirip dengan kita dalam hal daya tarik fisik. Contoh
kasus, Jika anda bertanya kepada sekelompok kawan, “Kepada siapa anda merasa
tertarik?” mereka mungkin sekali akan menyebutkan nama-nama orang yang paling
menarik yang mereka ketahui.
10.Teori Saling
Melengkapi
Theodore Reik, berpendapat bahwa kita jatuh cinta kepada orang yang
memiliki karakteristik yang tidak kita miliki dan bahwa sebenarnya kita merasa
iri. Orang tertarik kepada orang lain yang tidak serupa hanya dalam
situasi-situasi tertentu.
Sebagai contoh, mahasiswa
yang patuh dapat sangat cocok dengan seorang dosen yang agresif, tetapi
mahasiswa ini tidak bias hidup cocok dengan istri atau suami yang agresif.
Istri yang dominant mungkin cocok dengan suami yang penurut tetapi mungkin
tidak cocok untuk beraul dengan teman yang penurut.
Teori ini meramalkan bahwa orang akan tertarik kepada mereka yang tidak serupa dengannya (artinya, tidak dogmatis).
Teori ini meramalkan bahwa orang akan tertarik kepada mereka yang tidak serupa dengannya (artinya, tidak dogmatis).
11.Social Exchange.
Teori ini menelaah
bagaimana kontribusi seseorang dalam suatu hubungan mempengaruhi kontribusi
orang lainnya. Thibaut dan Kelley, pencetus teori ini, mengemukakan bahwa yang
mengevaluasi hubungannya dengan orang lain
Dengan mempertimbangkan
konsekuensinya, khususnya terhadap ganjaran yang diperoleh dan upaya yang telah
dilakukan, orang akan tetap memutuskan untuk tetap tingal dalam hubungan
tersebut atau meninggalkannya (mempertahankan hubungan datau mengakhirinya).
Ukuran bagi keseimbangan
antara ganjaran dan upaya ini disebut comparisons level, dimana di atas ambang
ukuran tersebut orang akan merasa puas dengan hubungannya. Misalnya kita
beranggapan bahwa dasar dari persahabatan adalah kejujuran. Kita mengetahui bahwa
sahabat kita berusaha untuk menipu, maka kita akan mempertimbangkan kembali
hubungan persahabayan dengannya. Mungkin kita akan memutuskan untuk mengakhiri
hubungan demi kebaikan, dengan kejujuran sebagai ambang ukuran, kita merasa
bahwa ganjaran yang kita peroleh tidak sesuai dengan upaya kita untuk
mempertahankan kejujuran dalam hubungan.
Sementara itu comparison
level of alternatives merupakan hasil terendah/terburuk dalam konteks ganjaran
dan upaya yang dapat ditolerir seseorang dengan mempertimbangkan
alternative-alternatif yang dia miliki.
Jika seseorang tidak
banyak memiliki alternative hubungan maka dia akan memberikan standar yang
cukup itu seringkali dirasakan merugikan bagi dirinya, namun karena tidak
banyak memiliki alternative hubungan, dia akan berusaha mempertimbangkan
hubungan tersebut. Sedangkan orang yang banyak memiliki alternative akan lebih
mudah meninggalkan suatu hubungan bila dirasakan bahwa hubungan tersebut sudah
tidak memuaskan lagi. Konsekuansi suatu hubungan dan konsekuaensi yang
digunakan akan berubah seiring dengan perjalanan hubungan tersebut.
Roloff (1981)
mengemukakan bahwa asumsi tentang perhitungan antara ganjaran dan upaya
(untung-rugi) tidak berarti bahwa orang selalu berusaha untuk saling
mengeksploitasi, tetapi bahwa orang lebih memilih lingkungan dan hubungan yang
dapat memberikan hasil yang diinginkannya.
Tentunya kepentingan
masing-masing orang akan dapat dipertemukan untuk dapat saling memuaskan
daripada hubungan yang eksploitatif. Hubungan yang ideal akan terjadi bilamana
kedua belah pihak dapat saling memberikan cukup keuntungan sehingga hubungan
menjadi sumber yang dapat diandalkan bagi kepuasan kedua belah pihak.
Pertanyaan??
Tidak ada komentar:
Posting Komentar