Sabtu, 02 Mei 2015

Rasa

Antara Dia dan Aku, sesuatu di luar jangkauan logika yang telah menyentuh rasa. Meresapi setiap hal kecil, dengan mengalami bersama dan mempelajari kaitan dari Makna. Terjadi suatu interaksi yang tidak biasa. Bukan sekedar jantung bergedup (dag,dig,dug), kaki serasa lemas ataupun mata berbinar-binar. Ini lebih dari sesuatu yang ada dipikiran. Imajinasi ikut bermain peran, membawa pengalaman dari A-Z. Bercampur dengan perasaan, menjadi satu kesatuan yang menjaga keseimbangan. Logika dan Rasa, menghasilkan keseimbangan yang nyata. Membawa asa untuk terus terbang tinggi. Ketika Logika menjadi dominan, sejak itu sangkar besi menjaga diam dalam satu kotak. Ketika Rasa menjadi dominan, sejak itu retakan-retakan mulai mengikis perlahan diri. Keduanya bermuara pada ketidakberdayaan dan keengganan untuk mengalami. Mengalami sesuatu yang lain dari diri sendiri. Membuka pengalaman baru yang kaya dengan pengajaran untuk lebih memahami diri sendiri dan orang lain. Karena kita harus mengalami segala sesuatu, dari sisi yang tidak pernah sama dengan beragam sudut pandang yang akan membentuk Keseimbangan. Gelora jiwa muda yang meletup-letup, diarahkan ke dalam jalur yang tetap. Sehingga menghasilkan sesuatu yang berbuah, bukan sebaliknya meranggas dan menjadi bola liar. Dialog dengan diri Sendiri, butuh Keseimbangan untuk memahami dan mengerti. Selami setiap hal dengan mengalami.